Amazon yang telah berhasil memiliki nilai valuasi satu triliun dollar menyusul Apple, kini merupakan salah satu perusahaan ritel online yang memiliki sistem manajemen supply chain terdepan hingga disebut-sebut sebagai raksasa industri E-Commerce dan logistik.

Era revolusi industri 4.0 menjadikan dunia bisnis dan industri menjadi lebih canggih dan kompetitif. Perkembangan industri generasi keempat yang bercirikan teknologi digital maupun robot ini membuat masing-masing perusahaan berlomba-lomba menerapkan kolaborasi antara teknologi dengan sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan sistem bisnis yang paling optimal. Persaingan bisnis tidak hanya terletak pada kualitas produk secara fisik, namun hingga keseluruhan proses bisnis dalam suatu perusahaan. Pada dunia industri, persaingan yang kompetitif demi mencari proses yang optimal berada pada keseluruhan titik aliran baik dari supplier, manufacturer, distributor, retailer hingga customer. Aliran tersebut dikenal dengan supply chain. Supply chain atau rantai pasok merupakan aliran (bergerak) suatu produk ataupun jasa dari supplier (pemasok) pertama hingga pelanggan yang di dalamnya terdapat segala aktivitas meliputi pertukaran informasi, material, dana, maupun sumber daya lainnya yang saling terkait antara tiap pihak pada sistem organisasi.

Pada pengelolaan supply chain sendiri dikenal dengan istilah Supply Shain Management (SCM). SCM menawarkan konsep atau mekanisme yang mampu meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam sebuah aliran suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Secara sederhananya sistem manajemen ini mengintegrasikan pengelolaan supply dan demand (penawaran dan permintaan) dalam dan di seluruh perusahaan. Sehingga seluruh perusahaan yang terkait mampu bekerja secara bersama-sama untuk memenuhi permintaan pelanggan dengan waktu, jumlah, lokasi yang tepat.

Salah satu sistem supply chain yang kini tengah menjadi sorotan yaitu pada perusahaan E-Commerce, Amazon. Perusahaan yang didirikan Jeff Bezos ini merupakan salah satu perusahaan ritel online yang memiliki sistem manajemen supply chain yang paling efisien. Dapat dilihat sebagai salah satu bagian dari aliran supply chain, perusahaan yang pada Bulan Juli meraih laba sebesar 2,5 miliar dollar, kini bahkan sukses menyusul Apple sebagai perusahaan dengan valuasi sebesar 1 triliun dollar di dunia pada bulan Agustus. Peningkatan penjualan Amazon salah satunya berkat bisnis penjualan penyimpanan data dan cloud computing (komputasi awan dan juga dari iklan). “Kontributor besar untuk kuartal ini dan beberapa kuartal terakhir jelas telah pertumbuhan yang kuat dalam profitabilitas tertinggi kami dan juga iklan,” jelas Brian Olsavsky, Chief Financial Officer (CFO) Amazon yang dikutip dari Reuters (27/7/18). “Kami telah melihat efisiensi yang lebih besar dari perkiraan dalam banyak pembelanjaan kami dalam hal-hal seperti gudang, pusat data, pemasaran.”

Sistem supply chain

Supply chain merupakan sebuah sistem yang berupa aliran proses kompleks dan luas. Secara sederhana, seperti yang tergambar pada ilustrasi logistic network di bawah, proses supply chain berawal dari diproduksinya bahan baku dari perusahaan penambang bahan mentah atau bisa disebut sebagai supplier pertama. Dimana kemudian bahan mentah tersebut diproduksi barang menjadi berupa komponen untuk suatu produk tertentu atau bisa disebut proses sebagai supplier kedua. Setelah itu, masuk pada tahap produksi pada pabrik dimana pada tahap ini lebih mengarah pada proses produksi hingga suatu produk akhir benar-benar selesai dibuat, misal mobil. Kemudian, masuk ke tahap pendistribusian atau dimana produk yang telah jadi tersebut disimpan. Setelah produk jadi tersimpan, terdapat proses penjualan oleh retailer dan kemudian sampai kepada pelanggan. Pada setiap aspek supply chain tersebut terdapat segala aktivitas meliputi pertukaran informasi, material, dana, maupun sumber daya lainnya yang saling terkait antara tiap pihak yang menjadikan keseluruhan aliran supply chain.

Gambar Logistic Network

Sumber: Managing The Supply chain (Simchi-Levi et al., 2003)

Baca Juga:  Ajang Merancang Masa Depan Di Negeri Seberang

Pada industri ritel yang konvensional, pelanggan melakukan transaksi pembelian dengan mendatangi langsung toko dan membawa pulang produk yang dibelinya. Proses transaksi dengan jumlah besar dilakukan dari gudang distributor langsung ke toko-toko pengecer atau transaksi dilakukan dengan model business to business (B2B). Sangat berbeda dengan perkembangan model bisnis dagang yang kini berdasar pada internet atau disebut ritel online atau e-commerce. Sistem ini dilakukan dimana transaksi diproses dengan pengiriman dalam jumlah yang kecil, namun dengan frekuensi yang sangat banyak. Market place yang dahulu berada pada sebuah toko “nyata”, kini toko ini dapat kita bawa kemana-mana. Salah satu perusahaan e-commerce yang menjadi pusat perhatian yaitu Amazon. Munculnya beberapa pesaing Amazon, tidak menggoyang Amazon sebagai salah satu perusahaan e-commerce dengan sistem yang cukup baik.

Sistem SCM yang diterapkan Amazon

Kunci keberhasilan dari Amazon yaitu bersumber dari aspek manajemen perusahaan dan inovasi bisnis, hal tersebut mulai dari kombinasi dari teknologi informasi yang canggih, jaringan warehouse (gudang) yang luas, manajemen inventori berlapis yang terintegrasi, hingga transportasi yang memadai. Masih dikutip dari Reuters, CFO Olsavsky mencatat bahwa penjualan pihak ketiga merubah persamaan laba untuk Amazon juga. Inovasi bisnis Amazon menempatkan perlombaan dengan pesaingnya pada aspek logistik, teknologi, dan produk yang ditawarkan. Menurut situs the balance small business terdapat beberapa inovasi Amazon yang yang menjadi pembeda Amazon dengan perusahaan saingannya.

Outsourcing Inventory Management and Insourcing Logistics

Jika dibayangkan (mungkin dari pengalaman) butuh berapa lama proses delivery produk yang dipesan hingga sampai ke Anda (customer)? tiga hari? lima hari atau lebih? Amazon mampu melakukan pengiriman barang hanya dalam hitungan jam atau paling maksimal satu hari. Bayangkan seberapa kompleks sistem yang ada di dalam proses pengelolaan pemesanan hingga pengiriman dengan jumlah pesanan yang luar biasa banyaknya di seluruh dunia. Sistem supply chain yang dimiliki Amazon salah satunya bergantung pada manajemen outsourcing, yang mana barang yang telah dipesan atau dibeli oleh pelanggan tidak tersimpan pada gudang Amazon. Melainkan berada pada gudang-gudang pihak ketiga. Tercatat 82% penjualan Amazon pada tahun 2016 berasal dari pihak ketiga. Namun untuk proses pengiriman Amazon mengandalkan kendaraan milik sendiri untuk menanggulangi lamanya waktu pengiriman produk kepada pelanggan.

Baca Juga:  Kebijakan Baru PKM 2018

Delivery Options To Customers

Selain memiliki gudang yang berbeda untuk tiap jenis produk, Amazon juga menyediakan pilihan tipe pengiriman produk untuk pelanggannya. Baik dari Prime customers delivery, one-day delivery, first class delivery ataupun free super saver delivery. Hal ini merupakan upaya dari Amazon untuk menciptakan kualitas pengiriman produk terbaik dan tercepat bagi pelanggannya yang menjadikan Amazon tidak hanya salah satu perusahaan di industri ritel tetapi juga perusahaan dengan logistik yang paling unggul.

Push/Pull Strategy for Supply chain Success

Ini juga merupakan kunci sukses Amazon dengan menempatkan gudangnya pada lokasi yang strategis, lebih dekat dengan area metropolitan maupun pusat kota. Sehingga pesanan pelanggan dapat secara cepat ditindaklanjuti dengan mengirim produk dari gudang-gudang yang terdekat. Amazon juga menggunakan manajemen sirkulasi yang cukup baik untuk penyimpanan produk yang terdapat di gudang sendiri (pure push) dan produk yang disimpan pada penjual pihak ketiga (pure pull). Dengan kedua strategi ini Amazon selalu mampu menyediakan produk permintaan pelanggan dan mengirimnya dengan tepat waktu.

Amazon’s Warehouse Classes and Zones

Amazon sendiri saat ini mengelola lebih dari 500 juta Stock Keeping Unit (SKU) dan mengoperasikan lebih dari 490 fulfillment centers yang lokasinya berada di seluruh dunia. SKU atau kode unik untuk tiap produk berperan penting untuk melakukan pengelolaan inventory yang begitu rumitnya dan pengiriman yang begitu banyaknya. Kemudian juga Amazon menginovasi gudang yang difungsikan sebagai fulfillment center, atau secara sederhananya merupakan tempat proses dari order pembelian, pembayaran, pengepakan, hingga pengiriman produk ke alamat pelanggan. Dimana sebelumnya gudang hanya merupakan pusat distribusi yang memfasilitasi pengelolaan inventory antara produsen dengan pelanggannya. Gudang Amazon yang ditempatkan di tempat strategis dan dekat pusat kota, merupakan langkah sukses dalam pengiriman yang cepat. Lokasi, ukuran dan jumlah gudang salah satu faktor penting dalam supply chain Amazon. Gudang Amazon juga dibagi menjadi lima area penyimpanan, yang dipisah berdasarkan jenis produk dan jumlah permintaan.

Baca Juga:  Keseruan Magang di Bank Indonesia

Warehouse Automation

Pengakuisisian Kiva System sebagai penyedia solusi gudang otomatis dan produsen robot yang berdasar IoT (Internet of Things) ini menjadikan proses pada Amazon lebih optimal. Proses yang dulu dilakukan oleh karyawan dengan proses manual berjalan pada area gudang yang luas sehingga membutuhkan proses yang lama kini mampu aktivitas pemilihan, pemindaian, pengambilan dan pengemasan barang dapat secara otomatis tanpa memerlukan bantuan manusia. Hal ini mampu memungkinkan Amazon untuk menyelesaikan aktivitas gudang dengan sangat cepat. Dalam jangka waktu bertahun-tahun Amazon terus meningkatkan jumlah robot dalam gudangnya. Pada Januari 2017 lalu terhitung lebih dari 45.000 terdapat robot dalam gudang Amazon dan bahkan inovasi pada Robot terus berlanjut. Bahkan dengan meningkatkan efisiensi warehouse, robot telah mampu mengurangi biaya operasional hingga 20% atau menghemat sekitar 22 juta dolar setiap tahun pada setiap gudang.

Peningkatan jumlah robot yang dimiliki dari 15.000 pada tahun 2015 dan 30.000 pada 2016 menunjukkan begitu pentingnya fungsi robot dalam kesuksesan bisnis Amazon. Pada saat ini fungsi robot Amazon adalah untuk membawakan barang kepada orang yang akan mengambil pesanan. Pada generasi selanjutnya para robot akan melihat sendiri pesanan dan mengurangi kebutuhan orang sebagai pengambil pesanan.

Supply Chain Cost

Dengan menjalankan skala ekonomi yang sangat besar dan dengan serangkaian strategi supply chain yang terdepan, Amazon mampu menjaga efisiensi keseluruhan biaya per unit secara keseluruhan hingga tingkat paling minimal. Akibatnya, perusahaan lain dengan volume penjualan yang rendah sulit bersaing dengan Amazon.

Inovasi yang dilakukan Amazon pada manajemen supply chain telah memukau dan membuat perubahan dalam tingkat yang luar biasa. Bahkan sulit bagi pesaing dengan volume rendah untuk mengikutinya. Apalagi Amazon mulai melakukan pelebaran bisnis dengan membuat sektor manufakturnya sendiri pada beberapa produk seperti baterai, ransel, speaker bluetooth, bahkan makanan. Selain itu, inovasi terkini Amazon yang mulai mengembangkan sistem pengiriman berbasis Drone dan juga Otomasi Store, akan lebih membuat Amazon melaju menjadi yang terdepan. Amazon memaksa para pesaing untuk mulai memperbaiki aspek otomasi supply chain, mengurangi waktu pengiriman, meningkatkan jumlah gudang, dan juga terlibat dalam manufaktur produk.

Salah satu yang dapat dijadikan pelajaran penting, yaitu dimana strategi supply chain Amazon yang unik dan inovasi teknologi berkelanjutan telah mampu mengubah cara kerja manajemen supply chain.

Referensi:

https://www.thebalancesmb.com/how-amazon-is-changing-supply-chain-management-4155324

https://www.reuters.com/article/us-usa-stocks-amazon-com-trillion/amazon-touches-1-trillion-on-pace-to-overtake-apple-idUSKCN1LK1ZJ

https://www.reuters.com/article/us-amazon-com-results/amazon-earnings-skyrocket-on-cloud-computing-advertising-idUSKBN1KG2WB

https://master-fit.uii.ac.id/2018/06/25/order-fulfillment/

http://shiftindonesia.com/iot-berdampak-besar-di-area-bisnis-ini-1/

http://shiftindonesia.com/rahasia-sukses-manajemen-supply-chain-di-amazon/

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2003). Managing the Supply Chain: The Definitive Guide for the Business Professional. New York: McGraw Hill Professional.

Bagikan: