Judul:
YuniTanggal Rilis:
9 Desember 2021Sutradara:
Kamila AndiniPenulis Naskah:
Kamila Andini, Prima RusdiPerusahaan Produksi:
Fourcolours FilmsDurasi Film:
122 menit (Indonesia), 90 menit (dunia)
Yuni merupakan nama film sekaligus nama pemeran utama yang diperankan oleh Arawinda Kirana. Dalam film ini Yuni dikisahkan sebagai seorang gadis remaja di penghujung bangku SMA yang sedang kebingungan dalam menentukan masa depannya. Yuni memiliki impian besar untuk dapat melanjutkan pendidikan SMA ke jenjang perkuliahan. Karena kepintaran Yuni, guru sekolahnya pun turut membantu Yuni mencarikan program beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hingga pada akhirnya Yuni pun ditawari beasiswa yang menjadi satu-satunya harapan dan peluang Yuni untuk dapat menggapai impiannya di tengah kondisi ekonomi yang ia alami. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan beasiswa tersebut yaitu siswa berstatus belum menikah.
Namun impian Yuni tidak dapat dicapai semudah membalikkan telapak tangan. Yuni mengalami kejadian yang membuatnya merasa cemas dan bingung yaitu ketika Yuni dipinang sebanyak dua kali oleh dua pria yang berbeda. Tentu pilihan Yuni adalah menolak lamaran dari kedua pria tersebut demi mendapatkan beasiswa yang ia dambakan. Kejadian itu pun menjadi masalah yang cukup berat bagi seorang gadis remaja seperti Yuni. Ditambah dengan sebuah mitos yang beredar di masyarakat yang berbunyi “Jika sampai tiga kali seorang gadis menolak lamaran pria yang datang padanya, maka ia akan menjadi perawan tua alias tidak akan pernah menikah”.
Tekanan yang dihadapi oleh pemeran utama dalam film ini semakin kuat ketika datang lamaran dari pria ketiga yang membuat Yuni semakin kebingungan dan takut akan mitos tersebut. Bahkan tak sedikit tetangga Yuni yang masih mempercayai mitos dan budaya patriarki. Seakan pernikahan dini merupakan hal yang biasa sehingga para tetangga mendorong Yuni untuk menerima lamaran tersebut.
Film yuni menceritakan tentang kisah yang sederhana. Namun dibalik itu film ini memiliki pesan moral yang begitu besar terhadap realita di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Secara garis besar pesan moral yang disampaikan dalam film ini yaitu mengenai perjuangan perempuan untuk terbebas dari belenggu budaya patriarki. Budaya patriarki merupakan suatu sudut pandang yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kuasa dan membuat perempuan menjadi pihak yang tidak berdaya. Tak hanya mengkritik sistem patriarki, film Yuni juga meluruskan miskonsepsi tentang pendidikan seks, kekerasan seksual, hingga isu LGBT. Selain ceritanya yang sudah tidak diragukan lagi, film ini terasa sangat ‘hidup’ berkat penggambaran langsung situasi masyarakat Indonesia lewat penggunaan bahasa daerah dan latar wilayah Serang, Banten.
Warna ungu juga mendominasi pada film ini dimana warna tersebut memiliki arti sebagai simbol identitas perjuangan perempuan. Seluruh cerita dalam film ini dikemas dan didesain dengan sangat baik oleh Kamila Andini sehingga pesan moral dapat tersampaikan dengan jelas. Selain itu, penghayatan dan profesionalisme yang dilakukan oleh para pemain film Yuni juga semakin membuat film menjadi lebih hidup. Maka tak heran jika film ini mendapatkan berbagai penghargaan bahkan sampai tingkat internasional.
Editor: Zenta Hapsari Elfariani