Menimba ilmu di Perguruan Tinggi merupakan hal yang sangat didambakan oleh banyak siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya, hal ini karena dengan menuntut ilmu di lingkup perkuliahan siswa akan beralih nama menjadi mahasiswa yang artinya pengalaman yang didapatkan lebih luas dari jenjang sebelumnya. Kultur di jenjang Perguruan Tinggi tentu berbeda dengan jenjang pendidikan sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Salah satu yang membedakannya adalah mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih berapa mata kuliah pilihan, diluar mata kuliah wajib yang telah ditetapkan oleh Perguruan Tinggi. Maka dari itu pada Perguruan Tinggi, para mahasiswa di tahun angkatan yang sama belum tentu akan lulus dalam waktu yang sama pula. Mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas-tugas dan persyaratan kelulusan, dapat mengikuti kegiatan wisuda yang merupakan upacara pelantikan sekaligus serimoni bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan studi masing-masing.
Pada umumnya tempat pelaksanaan wisuda dilakukan di Perguruan Tinggi itu sendiri atau tempat lainnya secara langsung. Namun kini karena dampak virus Covid-19 yang tidak memungkinkan diadakannya kegiatan secara langsung, sejak awal tahun 2020 kegiatan wisuda seringkali dilaksanakan secara virtual menggunakan aplikasi-aplikasi pendukung. Tentu, wisuda secara virtual maupun tatap muka memiliki situasi, suasana, dan kondisi yang sangat berbeda.
Mau tau bagaimana pendapat terkait wisuda virtual dan wisuda tatap muka yang disampaikan oleh Alumni UII di Fakultas Teknologi Industri ? Berikut perbedaan wisuda tatap muka secara langsung dengan wisuda virtual jarak jauh.
Annisa Rositasari atau akrab dipanggil Poppy, alumni Informatika angkatan 2016, berbagi kisah pengalamannya pernah mengikuti kegiatan wisuda tatap muka secara langsung. Poppy menceritakan wisuda tatap muka lebih ramai karena bisa merayakan kelulusan bersama dengan teman lainnya secara langsung sehingga banyak sekali momen-momen yang dapat dijadikan kenangan dari berbagai rangkaian acara wisuda luring. Adapun rangkaian acara wisuda tatap muka mulai dari acara pemindahan tali toga yang dilakukan secara langsung oleh Rektor, Wakil Rektor, atau Dekan, acara pemberian penghargaan untuk mahasiswa yang mendapat nilai (IPK) tertinggi, acara pembacaan ikrar alumni, acara berbalas pantun, serta yang paling seru adalah acara arak-arakan program studi (prodi). “Dulu sebelum ada pandemi, setiap habis wisuda setelah selesai acaranya akan ada arak-arakan. Senang sekali bisa kumpul sama teman-teman, baik seangkatan maupun beda angkatan. Bisa juga ketemu teman-teman beda program studi, lintas fakultas. Ramai sekali lapangan karena masing-masing prodi ada arak-arakanya. Foto-foto, meneriakkan selogan prodi, dan bikin lingkaran terus nyanyi gitu sih. Bener-bener gak bisa dilupain dan gabisa digantiin.” jelasnya.
Namun dibalik meriahnya wisuda tatap muka tentu juga memiliki beberapa kekurangan seperti antrian yang lama saat akan mengambil kartu undangan, lalu konsumsi yang diberikan hanya berupa air mineral yang sedikit disayangkan mahasiswa, kemudian kuota keluarga yang boleh hadir di dalam gedung kegiatan wisuda hanya dua orang saja dengan kriterianya tersendiri.
Sedangkan Asha Novianty, alumni Teknik Kimia angkatan 2016, berbagi kisah pengalamannya pernah mengikuti kegiatan wisuda secara virtual. Asha menceritakan bahwa wisuda virtual dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya dan tenaga, contohnya seperti jika saat wisuda tatap muka secara langsung wisudawan harus mengantri dari pagi untuk masuk gedung dan mengambil undangan, selain itu jalanan menuju tempat wisuda seringkali macet, belum lagi wisudawan wanita harus merias diri dari subuh sehingga kegiatan wisuda daring yang dilakukan secara virtual dirasa lebih fleksibel dan santai karena diadakan secara virtual jarak jauh dari tempat masing-masing para wisudawan. Sebelumnya Asha menyampaikan bahwa ia sangat mengapresiasi pihak-pihak yang telah melaksanakan wisuda walaupun itu secara daring karena bagaimanapun kita harus tetap menyesuaikan dengan keadaan sekarang.
Sementara untuk kekurangannya sendiri antara lain para wisudawan kurang merasakan euforianya seperti saat wisuda virtual. “Kurang euforianya, nggak deket sama temen-temen, pasti jauh bahkan walaupun sekota ya males aja nyamperin, kalau luring kan kita sudah di satu tempat jadi gampang di capainya dan mungkin ada beberapa orang tua yang kurang ngerasain bangganya saat anaknya wisuda, i don’t know how to explain but the feel is kinda different gitu, bayangin aja kalau luring kan di kasih undangan, di kasih tempat duduk sendiri, terus pas tali toganya dipindahkan Dekan atau Warek atau Rektor gitu kan beda aja” jelasnya.
Dari kisah yang disampaikan para alumni FTI UII tersebut, mereka juga memiliki harapan agar kedepannya keadaan akan kembali membaik dan bisa berdamai dengan keadaan saat ini, bagaimanapun nantinya para mahasiswa harus terbiasa dengan keadaan dan harus menyiapkan rencana serta kreatifitas mereka agar tetap bisa produktif walaupun dengan keadaan seperti ini. Mereka juga mengharapkan supaya para mahasiswa dapat melaksanakan kuliah secara luring meski harus dengan system hybrid yaitu campuran luring dan daring, hal tersebut mereka harapkan agar para mahasiswa dapat mengenali Perguruan Tinggi dan dunia perkuliahan itu dengan baik. Dan yang terakhir semoga semuanya selalu dalam lindungan dan ridho Allah SWT.
Editor: Zenta Hapsari Elfariani